Rabu, 05 Juni 2013

Sejarah Alay

Alay atau anak layangan adalah orang-orang kampung norak yang baru bisa berlagak jadi KOOL (bukan cool, tapi KOOL = KOalitas Orang Lowclass). Alay sering di identikkan dengan narsisme, kenorakan, dan ya… apapun yang buruk. Alay merupakan kanker yang perlahan membunuh negara Indonesia dan merusak imagenya. Dalam ilmu sosiologi, dikenallah strata yang berarti tingkatan seseorang/kelompok dalam suatu komunitas dan alaylah yang menempati strata terbawah dalam negara Indonesia.
Alay itu murahan, maka kalian dapat menemukan alay dimana-mana kemanapun kalian berjalan di Indonesia, menjadi alaypun murah dan dapat instant dianggap keren, jadi dengan alasan itu alaypun juga seperti jamur karena tersebar dimana-mana asal ada hal yang mendukung, yaitu narsisme berlebihan, kenorakan, dan sedikit uang buat beli barang-barang fashion supaya bisa jadi KOOL.
Ciri- Ciri alay:
Sifat umum
* Ngerasa banget paham soal musik, apalagi musik-musik punk dan hardkor seperti Selipkenot, Apeng Sepenpold (A7X, alay alay alay alay alay alay alay), The Red Jamsut Cangcut Apparatus, Bullet Por Mai Palentine Palestine, dsb. Jika mereka memang menikmatinya, itu bukan disebut alay.
* Ngerasa kalo ga denger musik keras itu ga gaul, apalagi kalo cowo depan cewe, atau cewe depan cowo, langsung bertingkah pasang headset atau apapun yang mengeluarkan suara dari playernya..
* Selalu ada aja waktu untuk foto-foto narsis, ga di jalan, di tempat makan, di angkot, padahal HP aja cuman rata-rata 2 Megapixel. Dengan gaya khasnya, seperti foto yang extrim terangnya, sok gelap, gothic, dan emo padahal cuma nutupin jerawat pake kegelapan, terus sambil majuin bibirnya dan menggelembungkan pipinya..
* Belajar photoshop cuma buat ngedit foto-foto dirinya sendiri yang narsis, atau foto-foto yang ga mutu..
* Barang abal nan palsu dipamerin ke temen-temen, ngakunya beli mahal padahal harganya tidak seperti yang diomongkannya..
* Sok eksis di dunia internet, terutama di Facebook, Twitter..
* Nama harus narsis, biasanya bukan nama sebenarnya! Contoh : Bobi Anak Jalanan, Rio Punker, Irma Imoetz, Selvi Cantique, Indah Cutez..
* Yang baru bisa unicode, pasti langsung dipake terus. (contoh : ™, ۞ ¤ۣۜ , dan simbol-simbol lainnya. Peringatan buat alay, jangan copy simbol di atas)
* Sering posting yang menunjukkan dimana dirinya sekarang berada, terutama di tempat-tempat yang mewah, contoh statusnya “makanan di dixie enak2, recommended dah”, “di gajah wong, ternyata ga ada es teh, hikz hikz”, “nongkrong di starbucks sendirian, hikz hikz”. Berasa sok eksis dan tajir gitu loh.
Alay mulai merambah tidak hanya secara umum, tapi juga mulai merambah ke kaligrafi..
Kriteria kaligrafi indah menurut alay adalah tulisan gede kecil dengan substitusi angka dan simbol ga ada di KBBI, namun kita tetap memanggil tulisan jenis ini EYD juga (Ejaan Yang DiALAYkan). Tujuannya supaya mereka terlihat 9h40l n’ kR3@71f (gaul dan kreatif – red). Alay pasti akan menambah simbol-simbol, merubah angka dan huruf-huruf.
Layspeak
Ini yang salah diartikan. Meski layspeak mirip dengan leet speak, namun layspeak bukanlah leetspeak, leet (dari leetspeak) berasal dari kata elite yang berarti spesial sedangkan alay tidaklah demikian. Layspeak hanyalah tingkatan rendah dari Leetspeak dan diyakinkan alay tidak akan cukup ilmu untuk menerjang ke leetspeak.
Contoh perbandingan.
Hi my name is Roy
Layspeak : hi MY N4m3 i5 royZz
Leetspeak : |-|I |\/|y |\|4|\/|3 15 ROY



SATU MIMPI SATU BARISAN

SATU MIMPI SATU BARISAN
Oleh Wijil Tukul

Di lembang ada kawan sofyan
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
karena mogok karena ingin perbaikan
karena upah ya karena upah

Di ciroyom ada kawan sodiyah
si lakinya terbaring di amben kontrakan
buruh pabrik teh
terbaring pucet dihantam tipes
ya dihantam tipes
juga ada neni
kawan bariah
bekas buruh pabrik kaos kaki
kini jadi buruh di perusahaan lagi
dia dipecat ya dia dipecat
kesalahannya : karena menolak
diperlakukan sewenang-wenang

Di cimahi ada kawan udin buruh sablon
kemarin kami datang dia bilang
umpama dironsen pasti nampak
isi dadaku ini pasti rusak
karena amoniak ya amoniak

Di cigugur ada kawan siti
punya cerita harus lembur sampai pagi
pulang lunglai lemes ngantuk letih
membungkuk 24 jam
ya 24 jam

Di majalaya ada kawan eman
buruh pabrik handuk dulu
kini luntang-lantung cari kerjaan
bini hamin tiga bulan
kesalahan : karena tak sudi
terus diperah seperti sapi

Di mana-mana ada sofyan ada sodiyah ada bariyah
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
di mana-mana ada neni ada udin ada siti
di mana-mana ada eman
di bandung - solo - jakarta - tangerang

Tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
satu mimpi
satu barisan

Contoh Resensi


RESENSI BUKU
Judul buku      : Membedah Islam di Barat Menepis Tudingan Meluruskan Kesalahpahaman
Penulis             : Alwi Shihab
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : 2004
Tebal               : 384 halaman

Selama ini, dunia Barat selalu mengidentikkan Islam dengan terorisme, radikalisme, dan dianggap jauh dari humanisme. Hal itu terjadi karena minimnya pemahaman mereka akan Islam dan itu sangat dirasakan oleh Pak Alwi selama berinteraksi dengan para mahasiswa di Amerika. Saya merasa buku ini akan sangat memberikan pencerahan yang dapat mengenalkan Islam secara benar sebagai agama yang Rahmatan lil Aalamien. Dr. H. Alwi menulis buku ini berlandaskan iman yang jernih, ilmu yang mendalam, amal dan pengalaman yang luas, di dalam maupun di luar komunitas Islam. Beliau yakin bahwa kerukunan sejati antarumat beragama pertama-tama dan terutama dibangun atas dasar pengenalan, pemahaman, dan hormat akan ajaran, tradisi, dan nilai-nilai dalam agama lain. Kesaksiannya tentang peran Islam inklusif untuk kemaslahatan dunia ini perlu didengarkan dan diperdengarkan.
Sejarah hubungan Islam dan Barat, khususnya Islam dan Kristen, selalu diwarnai oleh konflik dan ketidakharmonisan. Buku Dr. Alwi Shihab ini merupakan upaya untuk menelusuri akar timbulnya mutual distrust tersebut dan menawarkan jalan sejuk menuju mutual trust agar tercipta hubungan yang lebih harmonis dan damai. Banyak konflik meruncing dan dipicu oleh salah persepsi dan kurangnya komunikasi. Hal yang sama juga terjadi dalam cara penghayatan keagamaan yang picik, padahal panggilan kesucian agama lain justru mengajak kita untuk mengatasi kepicikan itu, untuk menyelami keagungan Sang Khalik, yang terpapar dalam ciptaan-Nya. Karena itu, saya menyambut gembira buku pak Alwi Shihab ini. Inilah contoh, bagaimana lewat dialog, kita menjadi lebih dewasa, bahkan dalam perkara yang menyangkut kepercayaan terdalam kita, sehingga kita bisa berkoeksistensi secara damai dengan saling memberi kontribusi positif.
Hubungan Islam-Barat hingga kini dibangun seolah di atas luka sejarah yang terus menganga. Luka itu sering dijadikan titik kemarahan baru untuk menghembuskan permusuhan atas nama Tuhan: sebuah ironi yang mencemaskan. Kita harus pelan-pelan membangun jembatan untuk mendekatkan keduanya dan meniadakan ironi itu. Buku Dr. Alwi Shihab ini bagian dari usaha besar membangun jembatan itu.

Kelebihan :
-Mengandung unsur edukasi,  Cocok untuk semua kalangan, Megupas akar permasalahan

Kekurangan
                -Bahasanya terlalu kaku


Senin, 03 Juni 2013

Pengertian Resensi

   
DEFINISI RESENSI
Resensi berasal dari kata resensie (bahasa Belanda). Kata resensie berasal dari kata recensere (bahasa Latin), yang memiliki arti memberi penilaian. Resensi dapat pula berasal dari kata review (bahasa Inggris), yang memiliki arti lebih luas, yaitu mengupas isi buku, seni lukis, pertunjukan, musik, film, drama, dan sebagainya. ( Definisi Resensi )
Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa latin 'recensere' artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Punya maksud atau makna sejajar dengan review dalam bahasa Inggris (Slamet Soewandi, 1977). Sedangkan menurut buku "Kamus Istilah Sastra" yang ditulis oleh Panuti Sudjiman (1984) dijelaskan bahwa resensi berarti hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Jadi, arti resensi mengacu kepada mengulas sebuah buku. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.

2. Menulis Resensi
Seperti yang telah kita pelajari, sebuah resensi buku adalah ulasan sekilas mengenai sebuah buku. Resensi biasanya mengandung penilaian tentang buku tersebut. Pada pelajaran ini, kita akan mencoba menulis resensi, khususnya resensi novel (sastra/popular). Sebuah resensi hendaknya objektif, singkat, menyeluruh, jujur, jelas pada sasarannya, bahasanya lugas, sesuai dengan selera / keterampilan pembaca. Oleh karena itu peresensi harus:
-memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku,
-menyadari sepenuhnya maksud menyusun resensi,
-memahami selera dan tingkat kemampuan/kualitas pembaca,
-menguasai ilmu yang berhubungan dengan buku yang akan diresensi.

Untuk menulis sebuah resensi, hendaknya perlu mengetahui unsur-unsur (hal-hal) yang perlu diulas dalam resensi.
Unsur-unsur sebuah resensi adalah :

1. Judul resensi
Judul resensi tidak sama dengan judul buku. Judul resensi harus mencerminkan isi resensi.

2. Identitas buku
Identitas buku meliputi judul buku, pengarang, penerbit, tempat dan tahun terbit, jumlah halaman, dan kalau perlu mencantumkan harga buku).

3. Riwayat kepengarangan
Riwayat kepengarangan ini mengemukakan latar belakang pengarang, perbandingan dengan karya-karya sebelumnya, penghargaan yang diperoleh pengarang.

4. Gambaran umum buku (sinopsis cerita untuk karya fiksi)
Menggambarkan isi buku secara singkat dan membuat pembaca tertarik membaca buku tersebut. Untuk karya fiksi dapat dilakukan dengan memberikan ikhtisar cerita secara singkat.

5. Kelemahan dan keunggulan buku
Kelemahan dan keunggulan buku dapat meliputi segi isi (isi buku, bahasa yang digunakan, teknik penulisan buku. Untuk karya fiksi bisa menguraikan kelemahan dan keunggulan tema, tokoh, alur, latar, amanat, dan sebagainya) dan segi fisik (perwajahan, bentuk dan ukuran huruf, penjilidan, jenis kertas, dan sebagainya).

6. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam buku.

7. Kesimpulan resensi

Kesimpulan ini berisi kesimpulan yang diperoleh peresensi terhadap buku yang diresensi, manfaat yang akan diperoleh pembaca jika membaca buku tersebut, golongan pembaca yang bagaimana yang perlu membaca buku tersebut, nilai buku jika dibandingkan dengan karya-karya yang lain.
Menulis resensi buku dapat dimulai dengan membaca dan memahami buku tersebut secara kritis. Memahami isi buku secara keseluruhan. Agar dapat memahami buku secara cepat bacalah kata pengantar dan pendahuluan, baca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang, kemudian baca keseluruhan isi buku, dan catatlah hal-hal yang penting.
Dalam menuangkan pada tulisan resensi, pertama, perkenalkan buku tersebut dengan menuliskan identitas buku. Berikutnya gambarkan isi buku secara singkat, termasuk maksud dan tujuan penulisan buku sebagaimana dikemukakan penulisnya (biasanya terdapat dalam kata pengantar penulis atau penerbit). Setelah itu berikan ulasan mengenai isi buku tersebut, kelemahan dan keunggulannya, baik dari segi fisik maupun substansi isinya. Terakhir, berikan kesimpulan mengenai buku yang diresensi.

3. Langkah-langkah Meresensi Buku

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat Anda gunakan untuk membuat resensi sebuah buku.
1. Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi:
· Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.
· Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.
· Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.

· Penggolongan / bidang kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.

2. Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.

3. Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan.

4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi
.
5. Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini:

· Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya.

· Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.

· Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.

· Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).
Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.

6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.

Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buku : “Dasar-dasar Meresensi Buku“
Penulis : DR. A.M. Slamet Soewandi
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Tahun : 1997

Halaman : 6 – 7